PanganNews.id Jakarta - Masalah yang dihadapi dalam budidaya pisang ini adalah terkait adanya penyakit layu bakteri atau yang sering dikenal dengan sebutan penyakit darah. Cirinya adalah keluarnya cairan berwarna coklat kemerahan dari bagian tandan dan buah pisang, jika dibiarkan, penyakit ini akan sangat berpengaruh pada produktivitas dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Bakteri penyebab layu ini adalah Pseudomonas solanacearum, bakteri ini terbawa oleh serangga yang hinggap di jantung pisang dan menyebar ke bagian tanaman yang lain, tak hanya tandan dan buah, bakteri ini juga menyerang akar, bonggol dan batang pisang.
Permasalahan ini diperparah dengan kebiasaan petani dalam memotong jantung, tandan atau memangkas daun dengan menggunakan pisau yang sama dapat mempercepat penularan penyakit ini, jika sudah tertular penyakit layu bakteri, tanaman pisang akan sulit untuk dilakukan penyembuhan, dalam waktu singkat, layu bakteri dapat menghabiskan tanaman pisang dalam areal yang luas. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementerian RI telah merilis jenis pisang yang tahan terhadap layu bakteri, jenis pisang yang dirilis adalah kultivar pisang Kepok yang bernama Kepok ‘Tanjung’
Pisang Kepok Tanpa Jantung atau yang lebih dikenal dengan Pisang Kepok Tanjung merupakan jenis tanaman pisang yang tidak memiliki bunga jantan atau jantung. Salah satu keunggulan pisang ini adalah tidak mempunyai jantung atau lebih tepatnya bakal buah menjadi buah seluruhnya.
Pembuangan jantung pada pisang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit layu bakteri secara alami yang disebarkan oleh serangga. Nah, salah satu keunggulan Kepok Tanjung ini adalah tidak mempunyai jantung, dengan demikian tidak diperlukan lagi pekerjaan membuang jantung seperti pada tanaman pisang pada umumnya, keunggulan lain yaitu tidak seperti pisang Kepok lainnya dimana daging buahnya berwarna kuning oranye yang terasa asam, varietas pisang ini justru memiliki rasa yang manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS) sebesar 29,30% Brix. Memiliki adaptasi yang baik di dataran rendah hingga menengah, produksi tinggi yang mampu menghasilkan buah pisang 20 hingga 30 ton dalam 1 hektar, daya simpan buah lebih lama yaitu mampu bertahan 15 hingga 21 hari setelah panen, serta hemat waktu dan tenaga perawatan karena tidak memerlukan pembuangan jantung.
Buah pisang yang dihasilkan juga terasa lebih kenyal dan cocok dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pisang. Selain itu, dari segi buah pisang yang dipanen, ukurannya juga relatif lebih besar, dalam satu tandan dapat berisi 10-15 sisir pisang atau potensi hasil per ha/tahunnya mencapai 20-30 ton. Varietas pisang Kepok Tanjung ini kedepannya akan terus dikembangkan dan diharapkan penemuan varietas pisang unggul ini mampu menjawab tantangan untuk menjadikan Indonesia swasembada pisang dan sentra penghasil pisang Kepok.
Dengan jarak tanam 3,5 – 3,5 m dan populasi 900 batang per hektar, pisang varietas Kepok Tanjung dapat dipanen dengan umur berkisar antara 12 -13 bulan. Berdasarkan data, pisang varietas Kepok Tanjung ini layak dikembangkan untuk masyarakat, penyediaan benih yang baik, sehat dan berkualitas diperlukan untuk peningkatan pendapatan petani pisang dan masyarakat. Berdasarkan data dan prospek ekonomi, maka penangkar benih pisang kepok tanjung yang berdedikasi baik dan taat aturan sangat dibutuhkan.
Kontributor : Ircham Riyadi
Hasil Pencarian Jantung Pisang Kepok Asli
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.
Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia Tenggara. Pisang sendiri dalam analisa bisnis tertuju pada buahnya meskipun dalam tanaman pisang terdapat berbagai manfaat lainnya. Pisang yang memiliki nama latin Musa paradisiaca L ini memiliki berbagai macam jenis. Jenis pisang yang banyak sekali ditemukan, antara lain pisang Kepok, pisang Ambon, pisang Raja, pisang Kapas, pisang Susu dan masih banyak jenis pisang lainnya. Pisang dapat diolah menjadi beberapa produk makanan yang menarik untuk dikonsumsi. Penanaman pisang juga membuka peluang ekonomi bagi petani pisang itu sendiri (Amilda, 2014).
Pada umumnya di Indonesia tanaman pisang tumbuh secara sendirinya di pekarangan atau tegalan rumah. Minimnya akan fasilitas, pengetahuan dan lain sebagainya membuat pisang seakan tidak familiar di kalangan masyarakat Indonesia sendiri sehingga nilai ekonomisnya pun tidak nampak karena panen tidak menentu yang merupakan penyebab utamanya pisang dianggap tanaman liar yang menguntungkan tanpa adanya budidaya.
Pisang juga merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia dan salah satu sentra primer keragaman pisang, baik pisang segar, olahan dan pisang liar, dengan ragam lebih dari 200 jenis pisang. Banyaknya keragaman ini, memberikan peluang Indonesia untuk memanfaatkan dan memilih jenis pisang yang secara komersial dibutuhkan konsumen.
Salah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar namun selama ini masih sedikit diperhatikan adalah buah pisang. Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia (Dimyati, 2007).
Tidak hanya dipandang sebagai produk sampingan, melimpahnya hasil dari tanaman pisang ini juga membuat harga pisang menjadi sangat rendah, sehingga menjadikan tanaman pisang dipandang sebelah mata jika dibudidayakan, padahal selain buahnya bisa dikonsumsi secara langsung, banyak juga produk-produk olahan yang berbahan baku pisang menjadi favorit masyarakat Indonesia. Sehingga dapat menguntungkan masyarakat jika membudidayakan tanaman pisang kemudian mengolah hasil tanaman pisangnya sebelum nantinya dipasarkan.
Kata pisang tentu saja tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Setiap mendengar kata pisang selalu terlintas pula adanya jantung pisang, yaitu bunga jantan dari tanaman pisang. Pisang dan jantung memang tidak bisa dipisahkan, jika ada pisang tentu sebelumnya juga ada jantung dan rasanya sangat tidak mungkin jika pisang berbuah tanpa jantung.
Jantung pisang adalah bunga jantan dari tanaman pisang, bentuknya mirip dengan organ jantung, terdiri dari susunan kelopak-kelopak berwarna merah hati/merah tua kehitaman yang di dalam setiap kelopak terdapat bakal buah pisang. Jantung pisang muncul ketika tanaman memasuki masa produktif yaitu ketika pertumbuhan pupus daun terhenti dan digantikan dengan keluarnya jantung pisang. Kelopak jantung secara bertahap akan gugur satu persatu dan bakal buah perlahan tumbuh dan berkembang menjadi buah pisang.
Namun sudah tahukah Anda jika dalam beberapa tahun ini ada varietas pisang yang tidak memiliki jantung? lalu bagaimana mungkin tanaman pisang bisa berbuah tanpa jantung?. Pada tanggal 23 Januari 2009 yang lalu Kementrian Pertanian Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 378/Kpts/SR.120/1/2009 melakukan pelepasan varietas pisang unggul yaitu “Pisang Kepok Tanjung“. Varietas pisang Kepok tanpa jantung ini merupakan terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pisang nasional, meningkatkan konsumsi dan perdagangan pisang di Indonesia.
Si Pisang Kepok Tanjung ?
Pisang Kepok yang tidak memiliki bunga jantan itu bernama Kepok Tanjung. Kepok Tanjung merupakan singkatan dari pisang Kepok tanpa jantung yang berbeda dengan jenis pisang pada umumnya. Varietas pisang Kepok Tanjung berasal dari Pulau Seram, tepatnya di Desa Makariki, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.
Pisang Kepok Tanjung berbobot 15-25 kg pertandan. Dalam satu tandan terdapat 17 sisir dengan jumlah buah per sisir 13-18 buah. Panjang buah 10-17 cm, diameter buah 3-5 cm, warna kulit buah matang kuning, warna daging buah matang kuning orange, tekstur buah kenyal, bobot satu buah 125-170 g. Pisang ini memiliki cita rasa daging buah manis (pisang olah) dengan daya simpan pada suhu kamar 15-21 hari, dan potensi hasil per ha/tahun 20-30 ton.
Pisang Kepok Tanjung tidak memiliki jantung seperti jenis pisang Kepok lainnya sehingga tidak mempunyai resiko penyebaran penyakit layu bakteri yang biasa ditularkan lewat jantung. Nama tanjung sendiri merupakan akronim dari “tanpa jantung”. Kultivar ini dikembangkan dari tanaman pisang Kepok dari Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, lewat serangkaian seleksi yang ketat.
Selain tidak adanya jantung pisang, tanaman kultivar unggul ini memiliki perbedaan lain dengan tanaman pisang Kepok kebanyakan. Salah satunya terlihat dari bentuk daunnya. Saat tanaman masih muda, bentuk daunnya sempit, tulang daunnya hijau muda, dan ada garis merah muda.
Penyakit Utama Tanaman Pisang
Berdasarkan data yang dihimpun dari Balai Penelitian Buah Tropika Aripan Solok bahwa Nagari Selayo dan sekitarnya merupakan sentra pisang Kepok di Kabupaten Solok. Saat itu pisang adalah komoditas pertama penyokong perekonomian masyarakat. Seiring berjangkitnya penyakit layu yang menyerang tanaman pisang pada tahun 1990 an, populasi tanaman ini mulai berkurang dan akhirnya saat ini hampir punah.
Masalah yang dihadapi dalam budidaya pisang ini adalah terkait adanya penyakit layu bakteri atau yang sering dikenal dengan sebutan penyakit darah. Cirinya adalah keluarnya cairan berwarna coklat kemerahan dari bagian tandan dan buah pisang. Jika dibiarkan, penyakit ini akan sangat berpengaruh pada produktivitas dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Bakteri penyebab layu ini adalah Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini terbawa oleh serangga yang hinggap di jantung pisang dan menyebar ke bagian tanaman yang lain. Tak hanya tandan dan buah, bakteri ini juga menyerang akar, bonggol dan batang pisang.
Permasalahan ini diperparah dengan kebiasaan petani dalam memotong jantung, tandan atau memapas daun dengan menggunakan pisau yang sama dapat mempercepat penularan penyakit ini. Jika sudah tertular penyakit layu bakteri, tanaman pisang akan sulit untuk dilakukan penyembuhan. Dalam waktu singkat, layu bakteri dapat menghabiskan tanaman pisang dalam areal yang luas. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementerian RI baru-baru ini telah merilis jenis pisang yang tahan terhadap layu bakteri. Jenis pisang yang dirilis adalah kultivar pisang Kepok yang bernama Kepok ‘Tanjung’.
Unggulnya Si Kepok Tanjung
Pembuangan jantung pada pisang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit layu bakteri secara alami yang disebarkan oleh serangga. Nah, salah satu keunggulan si Kepok Tanjung ini adalah tidak mempunyai jantung, dengan demikian tidak diperlukan lagi pekerjaan membuang jantung seperti pada tanaman pisang pada umumnya. Keunggulan lain yaitu tidak seperti pisang Kepok lainnya dimana daging buahnya berwarna kuning oranye yang terasa asam, varietas pisang ini justru memiliki rasa yang manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS) sebesar 29,30% Brix. Memiliki adaptasi yang baik di dataran rendah hingga menengah, produksi tinggi yang mampu menghasilkan buah pisang 20 hingga 30 ton dalam 1 hektar, daya simpan buah lebih lama yaitu mampu bertahan 15 hingga 21 hari setelah panen, serta hemat waktu dan tenaga perawatan karena tidak memerlukan pembuangan jantung.
Buah pisang yang dihasilkan juga terasa lebih kenyal dan cocok dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pisang. Selain itu, dari segi buah pisang yang dipanen, ukurannya juga relatif lebih besar. Dalam satu tandan dapat berisi 10-15 sisir pisang atau potensi hasil per ha/tahunnya mencapai 20-30 ton. Varietas pisang Kepok Tanpa jantung ini kedepannya akan terus dikembangkan dan diharapkan penemuan varietas pisang unggul ini mampu menjawab tantangan untuk menjadikan Indonesia swasembada pisang dan sentra penghasil pisang Kepok.
Kini usaha yang dilakukan oleh Balitbu Tropika dan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok berbuah manis, dimana pada 6 Februari 2020 Balitbangtan yang diwakili oleh Balitbu Tropika dan Pemerintah Kabupaten Solok dan Bank Indonesia menyelenggarakan panen pertama pisang Kepok Tanjung di Nagari Selayo Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Sesuai dengan informasi yang didapatkan dari Kepala Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu) Balitbangtan, Ibu Ellina Mansyah mengatakan bahwa salah satu tujuan dilakukannya kegiatan penyelenggaraan panen pisang Kepok Tanjung tersebut adalah mempromosikan pisang Kepok Tanjung sebagai komoditas yang berpotensi ekspor.
Duduk bercengkrama bersama keluarga, sahabat maupun teman di rumah belum terasa lengkap jika belum ditemani dengan secangkir kopi hangat dan goreng pisang. Bagi masyarakat Minangkabau, perpaduan sempurna ini yang selalu menemani menyambut pagi dan saat sore menjelang. Makanan berbahan baku pisang Kepok atau sering disebut pisang Batu oleh masyarakat Minangkabau ini dimasak dengan cara dilumuri adonan tepung terigu dan tepung beras terlebih dahulu sebelum digoreng dengan minyak panas. Namun tidak semua jenis pisang bisa diolah menjadi pisang goreng, oleh karena itu banyak masyarakat Minangkabau yang menjadikan pisang Kepok menjadi bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan pisang goreng karena bentuknya yang gempal, tidak terlalu panjang, dan rasanya yang manis.
Dilihat dari banyaknya masyarakat yang membuat produk olahan makanan dari pisang kepok, sehingga perlu dilakukannya perbanyakan pisang kepok. Dengan adanya pengeluaran varietas pisang Kepok tanpa jantung “Kepok Tanjung”, yang saat ini menjadi salah satu varietas pisang unggulan dalam mengurangi penyebaran penyakit layu bakteri yang menyerang jantung pisang, sehingga Kepok Tanjung sangat cocok dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Disamping budidaya yang mudah dilakukan, dan juga tidak mudah terserang penyakit layu bakteri.
Kepala Puslitbang Hortikultura Kementan Hardiyanto mengatakan bahwa di lingkungan Sumatera Barat cukup mendukung untuk pengembangan pisang Kepok Tanjung. Penangkar pisang Kepok Tanjung di Nagari Selayo (Bapak Firdaus) menceritakan bahwa pisang Kepok Tanjung bisa dipanen dalam kurun waktu satu tahun. Beliau yang sudah 9 tahun membudidayakan pisang Kepok Tanjung itu menyampaikan untuk perawatan pisang Kepok Tanjung minimal dipupuk sekali sebulan dengan menggunakan pupuk kandang.
Selain itu, seorang Pria yang sering dipanggil Pak Kasih mengatakan bahwa “Satu batang pisang isinya dalam satu tandan mencapai 340, kalau dijual bisa mencapai Rp. 350.000 per tandan”. Beliau juga mengatakan bahwa menurutnya rasa pisang Kepok Tanjung lebih manis dibandingkan pisang lainnya yaitu seperti pisang kepok biasa dan tanpa biji.
Beliau menyebutkan saat ini di kebun miliknya sudah ditanami 8.000 batang pisang Kepok Tanjung. Awalnya beliau hanya menanam pisang Kepok Tanjung sebanyak dua batang, kemudian sampai saat ini selalu dikembangkan hingga menjadi 8.000 batang. Beliau juga menyediakan anakan pisang Kepok untuk dibudidayakan yang beliau jual dengan harga Rp. 20.000 per batang.
Pisang Kepok Tanjung secara In Vitro
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari salah satu Narasumber kultur jaringan Balitbu Tropika Solok (Ibu Dwi Wahyuni Ardiana) “Kegiatan budidaya pisang Kepok Tanjung di Balitbu Tropika yang produksinya paling banyak adalah perbanyakan secara Kultur Jaringan (in vitro)”. Dimana yang kita ketahui bahwa perbanyakan secara kultur jaringan adalah salah satu cara menumbuhkan organ tanaman dalam suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan steril. Tujuannya untuk mendapatkan tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemulian tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.
Kegiatan perbanyakan pisang kepok tanjung secara kultur jaringan yang dilakukan di Laboratorium Produksi Kultur Jaringan Balitbu Tropika Solok yaitu dimulai dari persiapan bahan eksplan atau bahan tanam pisang. Adapun bahan yang digunakan dalam perbanyakan pisang ini adalah bonggol dan jantung dari pisang kepok tanjung tersebut. Setelah mengambil bonggol dan jantung pisang tersebut kemudian disterilisasi dengan menggunakan larutan penetral yaitu Bakterisida Fungisida, Alkohol 50%, dan Clorox 40%.
Pada saat melakukan sterilisasi bonggol pisang, tahapan yang dilakukan adalah mengupas lapisan bonggol hingga bagian muda dengan diameter 5-7 cm dan panjang sekitar 10 cm. Selanjutnya cuci bonggol pisang dengan air mengalir untuk membuang kotoran dan tanah-tanah yang masih melekat pada bonggol.
Lakukan sterilisasi dengan menggunakan Bakterisida dan Fungisida dengan menggunakan mesin Shaker selama 30 menit lalu tiriskan, dilanjutkan dengan pemberian Alkohol 50%, dan terakhir dengan menggunakan Clorox 40%. Sterilisasi dengan menggunakan Alkohol 50% dan Clorox 40% sama perlakuannya dengan sterilisasi dengan larutan Bakterisida Fungisida dengan menggunakan mesin Shaker selama 30 menit.
Sementara untuk eksplan dari jantung pisang tahapan yang dilakukan adalah mengupas lapisan jantung pisang hingga bagian muda dengan diameter 3-5 cm dan panjang 6-8 cm. Selanjutnya cuci jantung pisang menggunakan air mengalir dan sterilisasi dengan Alkohol 50% dengan mesin Shaker selama 15 menit lalu tiriskan dan dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan Clorox 40% dan perlakuannya sama dengan sterilisasi menggunakan Alkohol 50%. Pada sterilisasi bonggol dan jantung pisang memiliki perbedaan pada bahan penetral yaitu saat sterilisasi bonggol menggunakan Bakterisida dan Fungisida karena bonggol berasal dari tanah dan kotor sementara jantung tidak. Untuk itu pada bonggol perlu dilakukan sterilisasi hingga mendapatkan eksplan yang benar-benar steril.
Setelah semua alat dan bahan telah disiapkan, kemudian dilakukannya inisiasi (penanaman eksplan) dengan memasukkan ke dalam media steril yang telah dibuat dengan berbahan dasar larutan stok. Satu bulan kemudian dilakukannya multiplikasi (subkultur) yaitu perbanyakan pisang. Cara kerja dari subkultur ini tidak berbeda jauh dengan inisiasi, hanya saja perbedaannya adalah pada saat subkultur ada beberapa bagian dari eksplan yang sudah muncul globular, tunas dan planlet dipisahkan (dipotong).
Subkultur pisang pada umumnya dilakukan hanya sampai subkultur ke-6, sementara pada pisang Kepok Tanjung kegiatan subkultur yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pisang bisa sampai subkultur ke-8 dan 9. Pada subkultur ke 1, dan 2 pertumbuhan globular belum terlihat karena pisang Kepok Tanjung memang salah satu varietas pisang yang memiliki pertumbuhan yang lambat dibanding dengan varietas lain seperti pisang Ambon dan Barangan, karena kandungan getah pada pisang kepok lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain sehingga menyebabkan terjadinya browning, oleh sebab itu pada fase inisiasi hingga subkultur ke-1 dan subkultur ke-2 eksplan pisang kepok tanjung masih berada pada kondisi penyesuaian dari kondisi awal sampai dengan kondisi yang baik untuk eksplan.
(Joni et.al, 2016), menyatakan bahwa rendahnya tingkat multiplikasi (subkultur) planlet dikarenakan tingginya persentase browning yang menyebabkan kematian eksplan pertama pada fase inisiasi. Jadi, pada subkultur 1 dan subkultur 2, eksplan pisang tidak jauh berbeda dengan bentuk eksplan pada saat inisiasi.
Pertumbuhan globular memang lebih dominan pada subkultur ke-4 karena tahap pertumbuhan dari eksplan pisang diawali dengan munculnya globular sehingga beberapa eksplan sudah mencapai Globular 100%. Jumlah tunas yang muncul pada subkultur ke-4 belum terlalu banyak karena pada subkultur ke-4 rata-rata pada pisang kepok tanjung hanya terjadi pertumbuhan globular.
Pada subkultur ke-6 jumlah tunas yang muncul semakin meningkat dari sebelumnya yaitu rata-rata sebanyak 3 tunas dan persentase dari globular mulai rendah karena globular-globular pada subkultur ke-4 sudah mulai tumbuh menjadi tunas. Pertumbuhan Planlet baru mulai muncul pada subkultur ke-6. Perbedaan dari pisang Kepok Tanjung ini dengan jenis pisang lainnya yaitu salah satunya dilihat dari lamanya pertumbuhan pisang ini. Contohnya saja pada pisang Barangan, pada subkultur ke-3 sudah mulai terjadi pertumbuhan planlet.
Pada subkultur ke-8, globular dan tunas pada eksplan sudah banyak mengalami pertumbuhan menjadi planlet sehingga persentase dari globular dan jumlah tunas mulai sedikit karena telah tumbuh menjadi planlet.
Semakin mudah proses budidaya dari pisang Kepok Tanjung, maka semakin mudah pula masyarakat dalam mendapatkan bahan baku dalam pengolahan produk-produk yang berbahan pisang. Selama ini yang kita tahu produk-produk olahan yang berbahan baku pisang diantaranya adalah pisang goreng, pisang rebus, pisang bakar, pisang crispy, banana nugget, pisang lumer, tepung pisang, keripik pisang, sale pisang dan banyak lagi produk-produk hasil olahan pisang.
Kepala Puslitbang Hortikultura Kementan Hardiyanto mengatakan bahwa pisang Kepok Tanjung berpotensi untuk ekspor produk olahan terutama tepung pisang yang menguasai pasar Jepang. “Saat ini dibutuhkan tepung pisang hingga 10 ton per bulan, untuk memenuhi kapasitas produksi tepung pisang tersebut, setidaknya diperlukan pisang segar sebanyak 50 sampai 60 ton per bulan, oleh sebab itu pengembangan pisang Kepok Tanjung perlu didukung dalam rangka menyukseskan gerakan tiga kali ekspor komoditas pertanian”, ujarnya.
Nah, maka dari itu dengan banyaknya masyarakat yang membudidayakan pisang Kepok Tanjung serta membuat olahan dari pisang Kepok Tanjung ini nantinya akan sangat meningkatkan penghasilan di sektor pertanian terutama dalam bidang agribisnis. Sehingga tidak diragukan lagi jika ingin berbudidaya pisang Kepok Tanjung, karena mulai dari pengadaan benih, proses budidaya, pengolahan, pemasaran hingga penunjang dari Kepok Tanjung ini sangat mudah untuk didapatkan dan dikembangkan.
Sejatinya hal-hal yang kita anggap adalah sampingan atau sesuatu yang tidak terlalu menonjol dan tidak terlalu bermanfaat, akan menjadi lebih bermanfaat dan dibutuhkan jika memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dengan yang lain, sehingga menjadikannya bernilai jual tinggi yang tentunya akan menghasilkan keuntungan bagi yang mengembangkannya.
Amilda. 2014. Strategi Pengembangan Diversifikasi Pangan Lokal. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 12(1) : 1-17.
Dimyati, A..2007.‘Modernisasi Sentra Produksi Jeruk Di Indonesia’, Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Tlekung-Batu, Jawa Timur
Ikhwan, W. 2020. Kepok Tanjung Pisang Kepok Tanpa Jantung.
Joni, Y.Z. 2016. et.all. Perbanyakan Pisang Kepok Tanjung Secara Kultur Jaringan. Balai Penelitian Buah Tropika. Balitbu.litbang.pertanian.go.i
http://sumsel.litbang.pertanian.go.id/web/berita-kepok-tanjung-buah-pisang-varietas-unggul.html#ixzz6dnSOU5Fl Di Akses pada tanggal 16 Desember 2020
litbang.pertanian.go.id
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
pertanianku.com cybex.pertanian.go.id.gerbangpertanian.com Di Akses pada tanggal 16 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Money Selengkapnya
Pisang Kepok Tanjung berasal dari pulau Seram, Desa Makariki, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah dengan nama lokal pisang Sepatu Amora.
Jantung Pisang Kepok merupkan bunga yang tumbuh pada pohon pisang kepok, yang menjadi cikal bakal buah pisang. bunga pisang ini sering di olah menjadi santapan seperti sayur lodeh, maupun di tumis.INDOSAYUR INFO PENTING demi kesegaran sayuran yang kami kirim.Jam Operasional Toko : 08.00-18.00 WIB (senin - minggu).Pengiriman : Orderan masuk sampai pukul 18.00 WIB (sore) akan dikirim besok paginya jam 08:00 (H+1)Hari sabtu dan minggu tetap beroperasional dan tetap ada pengiriman.Toko libur pada saat STOCK OPNAME saja ya ka.Jika ada pertanyaan, silahkan menghubungi kami lewat pesan pribadi INDOSAYUR JAKARTA ya ka.Mohon maaf jika ada pelayanan kami yang kurang memuaskan ya ka, kritik dan saran yang membangun akan kami terima.Thank you and happy shopping sayur friends ;)#SEGARSETIAPHARI