Awal Mula Pelayaran yang Dilakukan Spanyol untuk Mencapai Indonesia

Sumber: Idsejarah.net

Spanyol merupakan salah satu negara Eropa yang pernah datang ke Indonesia untuk melakukan penjajahan, menguasai rempah-rempah, dan menduduki wilayah Nusantara. Ekspedisi yang dilakukan oleh kerajaan Spanyol ini didukung oleh pemerintahannya untuk menemukan sumber rempah-rempah baru.

Ekspedisi tersebut guna menyaingi Portugis yang juga memiliki ambisi untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah yang baru. Sehingga, tak heran jika tujuan dari kedatangan bangsa Spanyol ini pun hampir sama dengan bangsa Portugis.

Maka, untuk mendukung ambisi tersebut, Spanyol pun melakukan beberapa ekspedisi pelayaran untuk mencapai Indonesia. Pelayaran tersebut pun dilakukan oleh dua penjelajah berbeda, yakni Christopher Columbus dan Ferdinan Magelhaens. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

Masa Kekuasaan VOC (1602-1799)

Banyak pedagang dari beberapa negara Eropa bersaing untuk menguasai perdagangan di Nusantara, termasuk Belanda. Persaingan juga terjadi di antar perusahaan dagang orang-orang Belanda. Hal itulah yang menjadi perhatian pemerintah dan parlemen Belanda, sebab persaingan itu tentu juga akan merugikan pemerintahan Belanda sendiri.

Guna menyaingi Inggris yang membentuk EIC (East India Company), pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda membentuk kongsi (persatuan) dagang VOC. Persekutuan dagang VOC tersebut merupakan hasil penyatuan atau merger dari beberapa serikat dagang yang ada di Belanda. Serikat dagang VOC ini merupakan singkatan dari Verenigde Oost-Indische Compagnie. Dalam bahasa Indonesia VOC disebut Persekutuan Dagang Hindia-Timur. VOC pertama kali berpusat di Ambon.

Tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk:

Beberapa catatan penting selama kekuasaan VOC.

VOC merupakan organisasi yang mengurusi masalah perdagangan Belanda di Hindia Timur (Indonesia). Meskipun demikian, VOC bertindak seperti sebuah negara. Dalam menjalankan tugasnya VOC mendapat wewenang istimewa dari pemerintah Belanda berupa hak oktroi. Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (piagam/charter) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:

Keberhasilan VOC berhasil mengusir Portugis di Maluku pada tahun 1605 mendorong VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Dalam mencapai tujuan tersebut VOC menetapkan kebijakan sebagai berikut.

Karena kekuasaanya yang semakin besar, kerajaan Belanda mengangkat seorang gubernur jendral untuk memimpin VOC. Gubernur jendral yang pernah menjabat VOC adalah Pieter Both (1610-1614) dan Jan Pieterzoon Coen (1619-1623).

Pada awalnya rakyat dan penguasa daerah bersikap baik kepada VOC. Sikap baik rakyat dan para penguasa itulah yang dimanfaatkan oleh VOC untuk semakin berkuasa di Nusantara. Namun, serjalannya waktu orang-orang Belanda mulai menampakkan sikap congkak, dan sombong. Hal itulah yang memunculkan kebencian rakyat dan para penguasa lokal.

Pada masa Gubernur Jenderal Laurens Reael, Jayakarta berhasil direbut oleh pasukan Kesultanan Banten yang dibantu tentara Inggris di bawah Laksamana Thomas Dale. VOC terusir dari Jayakarta pada tahun 1618 dan kemudian berpindah ke Maluku. Jayakarta kembali dapat dikendalikan oleh Kesultanan Banten.

Laurens Reael kemudian digantikan oleh Jan Pieterzoon Coen pada tahun 1619. J.P. Coen kembali menyerang kembali Jayakarta. Jayakarta dapat diduduki VOC. Kemudian, Kota Jayakarta hancurkan oleh J.P. Coen pada tanggal 30 Mei 1619. Kota Jayakarta kemudian itu diberi nama Batavia.

Pada masanya, J.P. Coen juga dikenal sebagai gubernur yang sangat memaksakan berlakunya monopoli. J.P. Coen tiba di Batavia dan diangkat kembali sebagai Gubernur Jenderal untuk jabatan yang kedua kalinya pada tahun 1627. Serangan tentara Mataram di bawah Sultan Agung ke Batavia terjadi pada masa jabatan yang kedua ini.

VOC banyak melakukan campur tangan politik pada kerajaan-kerajaan daerah di Nusantara. Selain itu, VOC juga melakukan politik devide et impera (politik adu domba) untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan di Nusantara.

Pada tahun 1641, VOC berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Belanda kemudia menggantikan posisi Portugis di Malaka. Kekuasaan VOC berlanjut, setelah VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Perjanjian tersebut menegaskan kekuasaan VOC di Makassar.

Masa Akhir VOC Pada abad 17 dan 18, VOC berhasil menguasai sebagaian besar wilayah Jawa dan pelabuhan-pelabuhan penting di Indonesia Timur seperti Makassar dan Maluku, hal tersebut menandai kejayaan VOC.

Memasuki tahun 1673, VOC mulai mengalami kemunduran. Beberapa faktornya antara lain :

Melihat kondisi tersebut pemerintah Kerajaan Belanda mengambil alih saham dan daerah kekuasaan VOC. Tindakan tersebut dilakukan guna untuk menutup utang VOC terhadap pemerintah Belanda. Pada akhirnya, VOC resmi dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 31 Desember 1799. Selanjutnya, Nusantara diperintah langsung oleh pemerintah Belanda.

Dampak di Bidang Ekonomi

Selama masa pendudukan Jepang, sistem ekonomi di Indonesia berubah menjadi sistem ekonomi perang. Pemerintah militer Jepang mengatur, membatasi, dan menguasai faktor-faktor produksi.

Segala kegiatan ekonomi yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda diambil alih oleh Jepang. Jepang juga melakukan beberapa kebijakan ekonomi yang memiliki dampak bagi bangsa Indonesia, seperti hal-hal berikut:

Dalam upaya untuk mengambil alih aset ekonomi, Jepang mengambil aset-aset yang ditinggalkan oleh Belanda, termasuk kebun-kebun, perbankan, pabrik-pabrik dan pertanian. Hal ini menyebabkan rakyat yang hidup di masa pendudukan Jepang mengalami kesulitan ekonomi dan kesengsaraan.

Kebijakan swasembada yang dilakukan oleh Jepang selama masa pendudukannya di Indonesia bertujuan untuk mengekang hubungan Indonesia dengan dunia luar.

Rakyat Indonesia dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga tidak perlu mengimpor dari negara lain. Tujuan Jepang saat itu adalah agar Indonesia hanya menjadi tergantung pada Jepang saja.

Dalam upaya untuk mengumpulkan dana, Jepang mengimplementasikan kewajiban setoran pada masyarakat Indonesia.

Rakyat Indonesia diwajibkan untuk menyisihkan sebagian pendapatan mereka, yaitu sebesar 30% untuk pemerintah Jepang, 20% untuk lembaga desa, 40% untuk kebutuhan pribadi, dan sisanya untuk koperasi bersama yang dikelola oleh organisasi seperti Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai.

Namun, dalam kenyataannya, pemerintah Jepang juga mengambil sebagian dari bagian 40% yang seharusnya dimiliki oleh rakyat, sehingga banyak dari rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi menderita.

Keberadaan organisasi masyarakat atau ormas sebagai wujud kebebasan berserikat dan berkumpul merupakan elemen penting dalam kehidupan demokrasi. Dalam sejarah Indonesia, ormas memiliki peranan fundamental dalam mendorong perubahan sosial-politik masyarakat.

Buku Pembubaran Ormas: Sejarah dan Politik-Hukum di Indonesia (1945–2018) ini berisi tentang pembubaran organisasi masyarakat yang dilakukan oleh otoritas negara sebagai akibat dari aturan atau kebijakan yang menyebabkan hilangnya hak dan kewajiban subjek hukum bernama ormas.

Pelayaran yang Dipimpin Ferdinand Magelhaens

Magellan atau Magelhaens adalah seseorang yang telah cukup lama bekerja di pemerintahan Spanyol yang juga merupakan keturunan Portugis. Sama halnya seperti Columbus, Magelhaens juga memiliki ambisi untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah yang baru.

Pada akhirnya, Magelhaens pun berangkat dari Spanyol untuk melakukan ekspedisi di tanggal 10 Agustus 1519. Dia pergi bersama 165 awak kapal yang terbagi dalam 5 kapal berbeda.

Dalam ekspedisinya ini, Magelhaens dibantu oleh Kapten Juan Sebastian del Cano sebagai kapten dari kapal yang ditumpanginya itu. Dalam kapal tersebut juga terdapat seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta. Kisah perjalanan Magelhaens ini pun kemudian ditulis oleh Pigafetta secara khusus.

Pelayaran Magelhaens bersama del Cano masih melanjutkan jalur dari ekspedisi Columbus. Mereka melalui Samudra Atlantik kemudian menuju ke arah barat hingga ke pantai timur Amerika Selatan. Setelah itu, mereka juga melanjutkan perjalanan ke ujung Benua Amerika dan melewati suatu selat yang mereka namai sebagai selat Magelhaens.

Pada 1521, Magelhaens melalui Samudra Pasifik dan sampai di sebuah pulau bernama Kepulauan Massava. Pulau ini pun kemudian berganti nama menjadi Filipina yang diambil dari nama Raja Spanyol pada waktu itu, Raja Philips III. Di daerah ini, Magelhaens juga membuat tugu peringatan sebagai tanda jika Filipina merupakan salah satu wilayah dari Spanyol.

Selain itu, Magelhaens juga menyebarkan agama di setiap daerah yang dia singgahi. Namun ternyata, penyebaran agama ini menimbulkan berbagai perlawanan di sebagian wilayahnya. Salah satu perlawanan atas penyebaran agama tersebut dilakukan oleh orang-orang Mactan yang mengakibatkan tewasnya Magelhaens di Filipina.

Akhirnya, orang-orang Spanyol yang tersisa pun harus meninggalkan Filipina untuk kembali berlayar ke daerah Selatan. Dengan dua kapal yang tersisa, yakni kapal Victoria dan kapal Trinidad, mereka berlabuh di Maluku setelah melewati Kalimantan Utara. Di Maluku ini, mereka akhirnya berhasil menemukan rempah-rempah.

Spanyol Tiba di Indonesia

Setelah Magelhaens terbunuh saat di Filipina, ekspedisi mencari rempah-rempah pun dilanjutkan oleh Kapten Juan Sebastian del Cano atau lebih dikenal dengan Kapten del Cano. Perjalanan ini pun disebut sebagai ekspedisi Magelhaens del Cano, yang berasal dari dua nama orang yang berbeda. Del Cano melanjutkan perjalanan ke arah Selatan melewati Kalimantan Utara dan berujung menemukan wilayah Tidore, Maluku.

Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai setelah mereka berhasil sampai di Tidore, Maluku. Selain itu, mereka juga singgah di sekitar wilayah Bacan dan Jailolo. Kedatangan bangsa Eropa ini pun disambut dengan baik oleh masyarakat Maluku hingga menjadikan mereka sebagai sekutu. Sebab, saat itu masyarakat Maluku juga tengah melakukan perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Portugis di tanah Indonesia.

Keberhasilan Spanyol sampai di Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah pun seperti impian yang menjadi kenyataan bagi bangsanya sendiri. Selain disambut baik, mereka juga akhirnya bisa melakukan transaksi perdagangan dengan orang-orang Tidore.

Namun ternyata, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku ini menimbulkan pertentangan dan ancaman baru bagi Portugis. Pasalnya, Portugis menganggap Spanyol dapat melanggar hak monopoli yang dilakukan oleh Portugis di Maluku.

Persaingan dagang untuk mendapatkan rempah-rempah antara Spanyol dan Portugis ini pun terus berlanjut. Mereka juga turut bersaing dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan lokal, yakni Tidore dan Ternate. Alhasil, permusuhan antara kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore pun semakin memanas karena ditunggangi oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di dalamnya.

Saat itu, bahkan Spanyol yang dibantu oleh Tidore sempat ikut berperang melawan Portugis yang turut dibantu oleh Ternate. Karena peperangan tersebut tak terelakkan, Portugis dan Ternate pun keluar sebagai pemenangnya. Namun, kekalahan perang tidak menjadi alasan Spanyol untuk menyerahkan Maluku begitu saja. Perselisihan antara keduanya juga berlanjut untuk mendominasi perdagangan rempah di Tanah Air.

Untuk menyelesaikan konflik antara dua bangsa Eropa dan dua kerajaan lokal ini, akhirnya dilakukanlah sebuah kesepakatan perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut dilakukan pada 22 April 1529 beberapa waktu setelah peperangan selesai. Dari perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan Portugis dapat kembali memonopoli perdagangan di daerah tersebut. Adapun isi dari perjanjian Saragosa tersebut adalah:

Setelah perjanjian Saragosa ini disepakati, Spanyol pun kembali ke negaranya dengan melalui jalur barat hingga ke Tanjung Harapan sebelum sampai di negaranya sendiri, Spanyol. Ekspedisi yang dilakukan bangsa Spanyol ini pun dianggap sebagai sebuah perjalanan yang penting bagi sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.

Sebab, dari ekspedisi ini diketahui jika bentuk dunia itu bulat, terbukti dari del Cano yang berlayar dari barat dan dapat kembali ke barat.

Spanyol Tiba di Indonesia

Setelah Magelhaens terbunuh saat di Filipina, ekspedisi mencari rempah-rempah pun dilanjutkan oleh Kapten Juan Sebastian del Cano atau lebih dikenal dengan Kapten del Cano. Perjalanan ini pun disebut sebagai ekspedisi Magelhaens del Cano, yang berasal dari dua nama orang yang berbeda. Del Cano melanjutkan perjalanan ke arah Selatan melewati Kalimantan Utara dan berujung menemukan wilayah Tidore, Maluku.

Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai setelah mereka berhasil sampai di Tidore, Maluku. Selain itu, mereka juga singgah di sekitar wilayah Bacan dan Jailolo. Kedatangan bangsa Eropa ini pun disambut dengan baik oleh masyarakat Maluku hingga menjadikan mereka sebagai sekutu. Sebab, saat itu masyarakat Maluku juga tengah melakukan perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Portugis di tanah Indonesia.

Keberhasilan Spanyol sampai di Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah pun seperti impian yang menjadi kenyataan bagi bangsanya sendiri. Selain disambut baik, mereka juga akhirnya bisa melakukan transaksi perdagangan dengan orang-orang Tidore.

Namun ternyata, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku ini menimbulkan pertentangan dan ancaman baru bagi Portugis. Pasalnya, Portugis menganggap Spanyol dapat melanggar hak monopoli yang dilakukan oleh Portugis di Maluku.

Persaingan dagang untuk mendapatkan rempah-rempah antara Spanyol dan Portugis ini pun terus berlanjut. Mereka juga turut bersaing dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan lokal, yakni Tidore dan Ternate. Alhasil, permusuhan antara kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore pun semakin memanas karena ditunggangi oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di dalamnya.

Saat itu, bahkan Spanyol yang dibantu oleh Tidore sempat ikut berperang melawan Portugis yang turut dibantu oleh Ternate. Karena peperangan tersebut tak terelakkan, Portugis dan Ternate pun keluar sebagai pemenangnya. Namun, kekalahan perang tidak menjadi alasan Spanyol untuk menyerahkan Maluku begitu saja. Perselisihan antara keduanya juga berlanjut untuk mendominasi perdagangan rempah di Tanah Air.

Untuk menyelesaikan konflik antara dua bangsa Eropa dan dua kerajaan lokal ini, akhirnya dilakukanlah sebuah kesepakatan perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut dilakukan pada 22 April 1529 beberapa waktu setelah peperangan selesai. Dari perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan Portugis dapat kembali memonopoli perdagangan di daerah tersebut. Adapun isi dari perjanjian Saragosa tersebut adalah:

Setelah perjanjian Saragosa ini disepakati, Spanyol pun kembali ke negaranya dengan melalui jalur barat hingga ke Tanjung Harapan sebelum sampai di negaranya sendiri, Spanyol. Ekspedisi yang dilakukan bangsa Spanyol ini pun dianggap sebagai sebuah perjalanan yang penting bagi sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.

Sebab, dari ekspedisi ini diketahui jika bentuk dunia itu bulat, terbukti dari del Cano yang berlayar dari barat dan dapat kembali ke barat.

Spanyol Tiba di Indonesia

Setelah Magelhaens terbunuh saat di Filipina, ekspedisi mencari rempah-rempah pun dilanjutkan oleh Kapten Juan Sebastian del Cano atau lebih dikenal dengan Kapten del Cano. Perjalanan ini pun disebut sebagai ekspedisi Magelhaens del Cano, yang berasal dari dua nama orang yang berbeda. Del Cano melanjutkan perjalanan ke arah Selatan melewati Kalimantan Utara dan berujung menemukan wilayah Tidore, Maluku.

Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai setelah mereka berhasil sampai di Tidore, Maluku. Selain itu, mereka juga singgah di sekitar wilayah Bacan dan Jailolo. Kedatangan bangsa Eropa ini pun disambut dengan baik oleh masyarakat Maluku hingga menjadikan mereka sebagai sekutu. Sebab, saat itu masyarakat Maluku juga tengah melakukan perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Portugis di tanah Indonesia.

Keberhasilan Spanyol sampai di Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah pun seperti impian yang menjadi kenyataan bagi bangsanya sendiri. Selain disambut baik, mereka juga akhirnya bisa melakukan transaksi perdagangan dengan orang-orang Tidore.

Namun ternyata, kedatangan bangsa Spanyol di Maluku ini menimbulkan pertentangan dan ancaman baru bagi Portugis. Pasalnya, Portugis menganggap Spanyol dapat melanggar hak monopoli yang dilakukan oleh Portugis di Maluku.

Persaingan dagang untuk mendapatkan rempah-rempah antara Spanyol dan Portugis ini pun terus berlanjut. Mereka juga turut bersaing dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan lokal, yakni Tidore dan Ternate. Alhasil, permusuhan antara kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore pun semakin memanas karena ditunggangi oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di dalamnya.

Saat itu, bahkan Spanyol yang dibantu oleh Tidore sempat ikut berperang melawan Portugis yang turut dibantu oleh Ternate. Karena peperangan tersebut tak terelakkan, Portugis dan Ternate pun keluar sebagai pemenangnya. Namun, kekalahan perang tidak menjadi alasan Spanyol untuk menyerahkan Maluku begitu saja. Perselisihan antara keduanya juga berlanjut untuk mendominasi perdagangan rempah di Tanah Air.

Untuk menyelesaikan konflik antara dua bangsa Eropa dan dua kerajaan lokal ini, akhirnya dilakukanlah sebuah kesepakatan perjanjian yang bernama Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut dilakukan pada 22 April 1529 beberapa waktu setelah peperangan selesai. Dari perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan Portugis dapat kembali memonopoli perdagangan di daerah tersebut. Adapun isi dari perjanjian Saragosa tersebut adalah:

Setelah perjanjian Saragosa ini disepakati, Spanyol pun kembali ke negaranya dengan melalui jalur barat hingga ke Tanjung Harapan sebelum sampai di negaranya sendiri, Spanyol. Ekspedisi yang dilakukan bangsa Spanyol ini pun dianggap sebagai sebuah perjalanan yang penting bagi sejarah manusia dan ilmu pengetahuan.

Sebab, dari ekspedisi ini diketahui jika bentuk dunia itu bulat, terbukti dari del Cano yang berlayar dari barat dan dapat kembali ke barat.

Pelayaran yang Dipimpin Ferdinand Magelhaens

Magellan atau Magelhaens adalah seseorang yang telah cukup lama bekerja di pemerintahan Spanyol yang juga merupakan keturunan Portugis. Sama halnya seperti Columbus, Magelhaens juga memiliki ambisi untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah yang baru.

Pada akhirnya, Magelhaens pun berangkat dari Spanyol untuk melakukan ekspedisi di tanggal 10 Agustus 1519. Dia pergi bersama 165 awak kapal yang terbagi dalam 5 kapal berbeda.

Dalam ekspedisinya ini, Magelhaens dibantu oleh Kapten Juan Sebastian del Cano sebagai kapten dari kapal yang ditumpanginya itu. Dalam kapal tersebut juga terdapat seorang penulis dari Italia yang bernama Pigafetta. Kisah perjalanan Magelhaens ini pun kemudian ditulis oleh Pigafetta secara khusus.

Pelayaran Magelhaens bersama del Cano masih melanjutkan jalur dari ekspedisi Columbus. Mereka melalui Samudra Atlantik kemudian menuju ke arah barat hingga ke pantai timur Amerika Selatan. Setelah itu, mereka juga melanjutkan perjalanan ke ujung Benua Amerika dan melewati suatu selat yang mereka namai sebagai selat Magelhaens.

Pada 1521, Magelhaens melalui Samudra Pasifik dan sampai di sebuah pulau bernama Kepulauan Massava. Pulau ini pun kemudian berganti nama menjadi Filipina yang diambil dari nama Raja Spanyol pada waktu itu, Raja Philips III. Di daerah ini, Magelhaens juga membuat tugu peringatan sebagai tanda jika Filipina merupakan salah satu wilayah dari Spanyol.

Selain itu, Magelhaens juga menyebarkan agama di setiap daerah yang dia singgahi. Namun ternyata, penyebaran agama ini menimbulkan berbagai perlawanan di sebagian wilayahnya. Salah satu perlawanan atas penyebaran agama tersebut dilakukan oleh orang-orang Mactan yang mengakibatkan tewasnya Magelhaens di Filipina.

Akhirnya, orang-orang Spanyol yang tersisa pun harus meninggalkan Filipina untuk kembali berlayar ke daerah Selatan. Dengan dua kapal yang tersisa, yakni kapal Victoria dan kapal Trinidad, mereka berlabuh di Maluku setelah melewati Kalimantan Utara. Di Maluku ini, mereka akhirnya berhasil menemukan rempah-rempah.

Penyebab Spanyol Singgah di Indonesia

Penjajahan Spanyol di Indonesia bukan terjadi tanpa sebab. Pada sekitar abad ke-15 Masehi, bangsa Eropa sudah mulai berlomba dalam hal pelayaran untuk menemukan sebuah dunia yang baru. Tujuan utama dari pelayaran mencari daratan atau daerah yang baru itu adalah untuk menemukan wilayah yang menghasilkan rempah-rempah.

Di Eropa rempah-rempah adalah komoditas utama yang memiliki nilai yang tinggi. Terlebih fungsi utama rempah-rempah tersebut adalah sebagai bahan untuk mengawetkan makanan. Pasalnya, pengawetan makanan menjadi penting untuk masyarakat Eropa guna mencegah kelaparan yang mungkin akan terjadi saat musim dingin berlangsung.

Penjelajahan dan ekspedisi yang dilakukan oleh orang Eropa termasuk Spanyol ini setidaknya disebabkan oleh 2 peristiwa politik yang penting. Peristiwa tersebut adalah kekalahan kerajaan Katolik saat Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel kepada kekaisaran Turki Usmani.

Saat terjadi Perang Salib, jalur perdagangan antara Eropa dan Asia juga menjadi berantakan karena perang yang terjadi di perbatasan dua benua tersebut. Selain itu, keadaan ekonomi Eropa pun terpuruk karena adanya perang tersebut. Kas kerajaan Eropa menjadi menyusut karena besarnya biaya perang yang harus dikeluarkan.

Dua abad setelah perang itu selesai, kota Konstantinopel (sekarang menjadi Istanbul) jatuh ke tangan imperium Turki Usmani Ottoman. Hal ini pun tentu saja menjadi kabar yang buruk bagi kerajaan-kerajaan Eropa. Sebab, kota Konstantinopel tersebut menjadi titik penting dalam rute perdagangan antar benua Eropa dan Asia.

Jatuhnya kota Konstantinopel ini menjadi salah satu faktor utama dari terjadinya pelayaran bangsa Eropa ke benua lain termasuk Asia dan Indonesia. Pasalnya, semenjak Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani, masyarakat Eropa menjadi kesulitan untuk mencari jalan atau akses perdagangan ke Asia. Kaisar Turki Usmani, Sultan Muhammad II, juga melarang pedagang Eropa untuk masuk ke kota Konstantinopel.

Padahal kota tersebut menjadi pintu masuk utama perdagangan Eropa dengan orang Asia, khususnya para pedagang rempah-rempah. Hal itulah yang menyebabkan Eropa mengerahkan pelautnya untuk berlayar dan mencari jalur perdagangan baru sekaligus menemukan daerah penghasil rempah-rempah.

Dari negara-negara Eropa tersebut, Spanyol dan Portugis menjadi salah satu negara yang sangat aktif dalam merintis pelayaran dan melakukan ekspedisi dalam menemukan dunia baru itu. Tetapi, keduanya sempat berselisih dalam jalur pelayaran yang akan dilalui.

Pada 7 Juni 1449, akhirnya disepakati Perjanjian Tordesillas oleh Spanyol dan Portugis. Perjanjian tersebut berisi tentang dibaginya dunia menjadi dua wilayah kekuasaan untuk Spanyol dan Portugis. Wilayah tersebut dibagi berdasarkan garis yang membentang dari Kutub Selatan ke Kutub Utara.

Penjajahan Spanyol di Indonesia dimulai saat mereka berhasil menginjakkan kakinya di Tidore, Maluku. Saat itu, Spanyol singgah di Maluku setelah berlayar dari Filipina ke arah selatan melewati Kalimantan Utara.

Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia ini disambut baik oleh masyarakat Tidore. Tetapi, mereka justru menjadi ancaman bagi Portugis yang sudah lebih dahulu menduduki wilayah Maluku. Perselisihan antara dua bangsa Eropa itu pun tak dapat dihindari, bahkan keduanya sempat terlibat perang dengan memanfaatkan permusuhan yang terjadi pada kerajaan lokal, Ternate dan Tidore.

Untuk mengakhiri perselisihan tersebut, akhirnya dibuat kesepakatan antara Spanyol dan Portugal melalui sebuah perjanjian bernama perjanjian Saragosa. Dari perjanjian ini, akhirnya Spanyol pergi dari Maluku dan Portugis dapat terus menetap di Maluku. Dengan perginya Spanyol dari Maluku, berakhir juga penjajahan Spanyol di Indonesia.

Itulah tadi pembahasan mengenai penjajahan spanyol di Indonesia. Mulai dari awal mula, tujuan, penyebab, hingga akhirnya Spanyol tiba di Indonesia. Semoga bermanfaat untuk membantu #SahabatTanpaBatas belajar, ya!

Jika kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang sejarah, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana penjajahan Spanyol di Indonesia? Bagaimana awal mulanya Spanyol bisa datang ke Nusantara? Apa tujuan dan penyebab kedatangan Mereka? Informasi di bawah ini akan menjawabnya.

Garis waktu sejarah Indonesia terjadi dalam rentan waktu yang sangat lama dan panjang. Bahkan, sejarah ini dimulai sejak masa prasejarah berdasarkan pada penemuan manusia purba berjenis  Homo Soloensis, Meganthropus Palaeojavanicus, Homo Wajakensis, dan lainnya pada sekitar 500.000 tahun lalu.

Periode waktu dalam sejarah bangsa Indonesia ini juga dapat dibagi menjadi beberapa era. Era tersebut adalah era pra kolonial, era kolonial, era kemerdekaan, era Orde Baru, dan era reformasi. Era pra kolonial adalah suatu era dimana munculnya kerajaan Hindu, Budha, dan Islam yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatera karena adanya interaksi lain dari perdagangan yang terjadi pada masing-masing daerah.

Era kolonial adalah era masuknya bangsa Eropa ke Indonesia karena ingin menguasai rempah-rempah sebagai komoditas utama Nusantara. Keinginan orang-orang Eropa yang tinggi terhadap rempah-rempah ini menyebabkan penjajahan pada bangsa pribumi. Diantaranya adalah penjajahan Spanyol di Indonesia dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda selama 3,5 abad lamanya sejak abad ke-17 hingga abad ke-20 masehi.

Era selanjutnya, yaitu era kemerdekaan yang terjadi sejak dibacakannya naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno. Sedangan, era Orde Baru adalah masa setelah jatuhnya Presiden Soekarno pada tahun 1966 yang digantikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun sejak 1966 hingga 1998.

Dan yang terakhir adalah era reformasi yang terjadi setelah jatuhnya Presiden Soeharto dan berlangsung hingga saat ini.

Pada saat era kolonial atau era masuknya bangsa Eropa, banyak orang-orang benua biru yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan. Mulai dari mencari kekayaan alam hingga menyebarkan agama. Adapun beberapa bangsa Eropa yang datang ke Indonesia, yakni Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.

Penjajahan Spanyol di Indonesia ini dimulai sejak kapal dagang Spanyol yang berhasil berlabuh di Maluku pada 8 November 1521 silam. Bangsa Spanyol berhasil masuk ke Nusantara setelah berlayar melalui Filipina, melewati Kalimantan Utara, dan tiba di Tidore.

Saat sampai di Tidore, bangsa Spanyol diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Tetapi, karena Portugis telah lebih dahulu sampai di Tidore, mereka pun merasa terancam dengan kehadiran Spanyol dan berujung pada perselisihan dua bangsa Eropa tersebut. Pada akhirnya, Spanyol harus meninggalkan Tidore karena perjanjian yang sebelumnya telah disepakati.

Lantas, bagaimana penjajahan Spanyol di Indonesia yang sebenarnya? Untuk mengetahui penjelasan yang lebih mendalam, simak informasi berikut ini, yuk! Penjajahan Spanyol di Indonesia, awal mula, tiba di Indonesia, penyebab, dan tujuan Spanyol di Indonesia.

Tujuan dari Kedatangan Spanyol di Indonesia

Penjajahan Spanyol di Indonesia pertama kali dimulai pada 8 November 1521 ketika Spanyol berhasil menginjakkan kakinya di tanah Tidore. Dipimpin oleh Kapten del Cano, kedatangan dari Spanyol ini pun memiliki tujuannya tersendiri. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan semangat mimpi 3G, yakni gold, glory, gospel. Pengertian dari 3G tersebut adalah sebagai berikut:

Gold adalah semangat yang dimiliki bangsa Spanyol untuk mencari emas atau kekayaan. Mereka juga mewujudkan mimpi ini dengan melakukan perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas utama dan memiliki harga yang tinggi.

Glory adalah semangat guna mengharumkan nama, kekuasaan, dan kejayaan dari daerah jajahannya. Oleh karena itu, mereka juga berkeinginan untuk menguasai dan menduduki wilayah yang pernah disinggahi.

Gospel adalah semangat untuk menyebarkan agama Katolik sebagai tugas suci dari agama mereka. Sehingga tak heran jika mereka juga menyebarkan kepercayaan mereka pada setiap daerah-daerah yang disinggahinya.