Closest Stations to Ancol

The closest stations to Ancol are Kampung Bandan and Tanjung Priok.

Tanjung Priok is about 4.6 km to the east of Ancol Station.

Kampung Bandan, on the other hand is about 2 km west of Ancol Station.

According to these distances, you can expect it to take you about double as long to reach Tanjung Priok if you are beginning your journey at Ancol.

Tanjung Priok is the terminal station on the Pink Line.

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um

Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.

Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.

Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.

Dufan atau Dunia Fantasi merupakan tempat hiburan terbesar di Jakarta yang menarik. Dunia Fantasi yang biasa disingkat Dufan yang terletak di kawasan Ancol Taman Impian, Jakarta Utara, menjadi tempat tujuan rekreasi bagi warga Jakarta maupun luar kota Jakarta, baik untuk keluarga atau kaum muda. Walaupun tempat ini sudah tidak asing bagi warga Jakarta, tetapi ada banyak hal yang membuat pengunjung tidak bosan untuk mengunjunginya lagi. Hal ini tidak mengherankan, karena tempat wisata yang berlogo primata bekantan ini memiliki keunggulan untuk menarik pengunjung.

Jakarta boleh berbangga karena memiliki Dufan yang memiliki beraneka ragam permainan yang mirip dengan yang ada di negeri lain. Di kota yang tidak terlalu banyak memiliki tempat wisata, Dufan seolah telah menjawab kebutuhan untuk berekreasi bagi warganya. Seperti umumnya masyarakat perkotaan yang sibuk, para keluarga umumnya memilih Dufan Ancol untuk berlibur karena letaknya yang dekat yaitu di dalam kawasan Ancol Taman Impian sehingga tidak perlu keluar kota. Biaya untuk berekreasi disni tidak terlalu besar bila dibandingkan wahana yang dapat dicoba. Selain itu, kawasan Ancol yang merupakan kawasan pantai yang ada di kota Jakarta dapat menjadi sarana mengenalkan alam untuk anak-anak.

Baca juga:Ocean Dream Ancol (Gelanggang Samudra)

Lihat video terbaru kami di YouTube

Permainan Keluarga dan Pendidikan

Bagi Anda yang membawa anak-anak dan ingin mencoba permainan yang santai, Istana Boneka menjadi wahana favorit dan sarana pendidikan untuk mereka. Ada ratusan boneka animatronik (robot) dari berbagai suku di Indonesia maupun di dunia dengan pakaian dan ciri khas masing-masing suku dan diiringi dengan lagu dari bahasa masing-masing etnik. Semua dapat dinikmati dengan menaiki perahu dan berada di dalam ruangan yang sejuk sembari mendengar lagu khas Istana Boneka dalam berbagai bahasa dan iringan lagu.

Bila ingin mencoba terbang, coba saja Gajah Bledug dan Burung Tempur yang dapat naik hingga ketinggian 15 meter sambil berputar-putar. Wahana lainnya adalah Turangga-rangga. Permainan ini merupakan komidi putar yang indah. Dengan menunggangi kuda yang naik turun, anak Anda pasti menyukainya.

Selanjutnya, wahana kincir raksasa Bianglala, dengan ketinggian 33 meter Anda dapat melihat seluruh wahana dan bangunan yang ada di sekitar Dunia Fantasi dan juga melihat sebagian Laut Jawa. Jika Anda menaiki wahana ini pada siang hari, Anda dapat melihat sampai kepulauan seribu di Laut Jawa. Sedangkan jika pada malam hari, Anda dapat menikmati keindahan kota Jakarta pada malam hari.

Selain wahana-wahana dengan teknologi tinggi, ada juga bangunan-bangunan unik. Seperti Lorong Sesat, bangunan dengan dinding kaca akan menyulitkan Anda untuk mencari jalan keluar. Anda juga dapat masuk ke rumah miring Rango-rango. Bangunan bergaya Amerika ini dibuat dengan lantai yang miring akan membuat Anda merasakan sensasi yang berbeda. Ada juga arena tembak, memasukkan bola basket ke ring atau permainan ketangkasan lainnya. Sepeda air atau berjalan di dalam bola yang berada di atas air juga dapat dicoba.

Salah satu yang terbaru di Dufan adalah kawasan Dunia Kartun. Di tempat ini ada berbagai mainan seru baik untuk anak dan dewasa. Berikut ini beberapa wahana seru di Dunia Kartun Dufan:

Dengan luas sekitar 9,5 hektar, Dufan telah menjadi hiburan yang disukai untuk seluruh keluarga dan tidak membosankan untuk dikunjungi. Tetapi, Anda juga harus siap untuk antri bila pengunjung sedang ramai, khususnya bila liburan sekolah atau hari libur lainnya.

Ancol adalah salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Pademangan, kota Jakarta Utara, provinsi DKI Jakarta, Indonesia, dengan luas wilayah 377 km2. Kelurahan ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, pantai Laut Jawa di sebelah timur, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah barat, dan Sungai Tiram di sebelah selatan.

Nama Ancol merujuk pada sebuah kali yang terletak sekitar 3 km di timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah yang mengelilinginya. Mulut Kali Ancol terletak pada daerah yang kini menjadi Putri Duyung Cottage. Daerah yang mengelilingi kali Ancol dulunya adalah dataran rendah pantai yang berisi air payau, hutan mangrove dan rawa-rawa.

Ada juga yang menyebutkan bahwasanya nama Ancol merupakan bunyi dari suatu benda kecil jatuh ke air yang menimbulkan suara dan gemercik kecil bersuara Anclom dan lambat laun menjadi Ancol.

Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam naskah Carita Parahyangan (Koropak 406), sebuah lembaran lontar berbahasa Sunda Kuno yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:

…Disilihan inya ku prebu Surawisésa, inya nu surup ka padarén, kasuran, kadiran, kuwanén. Prangrang lima welas kali hanteu éléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka Ancol kiyi….

Ketika Imperium Portugis tiba pada akhir abad ke-16, Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang beragama Hindu menerima kedatangan mereka dan berharap bahwa orang Portugis akan melindungi mereka dari serangan Kesultanan Banten, Demak, dan Cirebon, yang beragama Islam. Persekutuan dengan orang Portugis tersebut terjadi, tetapi ketiga kesultanan tersebut yang berada di bawah kepemimpinan Fatahillah berhasil mengalahkan kerajaan Pakuan Pajajaran dan Imperium Portugis dengan cara menyerang pelabuhan ini dari daerah timur pantai Ancol. Sunda Kalapa kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.

Kemudian di akhir abad ke-17, pemimpin Jayakarta dikalahkan oleh Belanda. Kota ini kemudian sama sekali dihilangkan dan sebuah kota berbenteng baru, Batavia, didirikan di pesisir timur Kali Ciliwung. Untuk mengendalikan perairan Batavia, sejumlah kanal didirikan yang menghubungkan kanal Batavia dengan kali-kali di dekatnya, yaitu Muara Angke dan Kali Ancol. Kanal yang menghubungkan Batavia dengan Ancol dinamakan Antjolschevaart (bahasa Indonesia: Kanal Ancol) dan sudah ada pada tahun 1650.[2] Beberapa benteng dan pertahanan lainnya kemudian didirikan untuk melindungi kanal-kanal tersebut, misalnya sconce (semacam tanggul tinggi) yang disebut Zouteland (bahasa Indonesia: "air payau") oleh orang Belanda. Sconce ini melindungi titik pertemuan Kanal Ancol dengan Kali Ancol.[3] Pada abad ke-18, sconce ini dikembangkan menjadi sebuah benteng yang dinamai Fort Ancol. Pada akhir abad ke-18, terdapat dua benteng yang melindungi muara Kali Ancol: Slingerland di bagian timur dan Zeelucht di bagian barat.[4]

Pada abad yang sama, di daerah ini pula, Gubernur-Jendral Jeremias van Riemsdijk (menjabat 1775) sempat membangun resor pantai liburan berbentuk vila pantai. Ia juga mereklamasi daerah sekitar vila pantainya dari rawa-rawa menjadi tanah produktif dan membangun areal pertanian. Gubernur-Jendral Adriaan Valckenier kemudian mengikuti juga membangun resor di sini.[5] Resor-resor tersebut, yang terletak di pinggir timur Kali Ancol, dinamakan Slingerland atau Sanggerlang (kini menjadi daerah pemukiman di Ancol). Slingerland pernah menjadi daerah yang populer untuk liburan kaum elit Belanda. Sebuah kuil Tionghoa, Vihara Bahtera Bakti, yang dibangun pada tahun 1650, adalah salah satu bangunan yang pertama kali dibangun di Ancol.

Pada masa pemerintahan Gubernur-Jendral Herman Willem Daendels (1808–1811), daerah Batavia Lama (bahasa Belanda: Oud Batavia) kemudian ditinggalkan secara bertahap dan dipindahkan ke Weltevreden (kini Lapangan Banteng). Semua bangunan di Batavia Lama, termasuk Kastel Batavia dan resor-resor Gubernur-Jendral sebelumnya, dihancurkan dan ditinggalkan. Setelah itu, daerah Ancol menjadi terpuruk dan ditinggalkan.[6]

Pembangunan pelabuhan baru di Tanjung Priok pada akhir abad ke-19 menyebabkan Kanal Ancol yang pada waktu itu berumur 200 tahun diperpanjang hingga menjangkau Tanjung Priok. Jalur kereta api juga didirikan sepanjang Kanal Ancol yang menghubungkan Stasiun N.I.S Batavia dengan Stasiun Tanjung Priok.[7] Meskipun ada infrastruktur baru seperti itu, daerah Ancol tetap kosong dan tidak dihuni.

Pada masa penjajahan Jepang, daerah rawa Ancol digunakan sebagai tempat eksekusi dan pekuburan orang-orang yang menolak tentara Jepang, terutama orang Belanda. Korban-korban ini kemudian dikubur ulang di pekuburan baru di pantai Ancol, Kuburan Ancol (Ereveld Ancol), yang dibuka pada 14 September, 1946. Kuburan tersebut mengandung lebih dari 2.000 korban eksekusi pada masa pendudukan Jepang. Banyak dari mereka yang tidak diketahui identitasnya. Akibat dekat dengan pantai, kuburan ini terancam tenggelam.[8]

Selain pekuburan, daerah Ancol tetap tidak dihuni selama pascaperang hingga tahun 1960an. Daerah ini sempat menjadi hutan monyet dengan genus Macacus. Orang-orang menyebutnya "monyet Ancol" dan mereka menghuni daerah yang kini berada di rel kereta ujung Jalan Gunung Sahari, seberang gerbang Taman Impian Jaya Ancol. Monyet Ancol ini menjadi awal mula celaan orang Jakarta kepada orang-orang yang tidak mereka sukai atau berperilaku aneh: "Dasar lu monyet Ancol!"

Selain monyet, fauna yang bisa ditemukan di daerah ini adalah buaya. Daerah Ancol, ketika tidak berpenghuni, juga penuh dengan pohon palem, mangrove, dan kelapa, dan merupakan tempat memancing yang lumayan populer.[9]

Pada tahun 1960, Ancol masih tidak berkembang, masih berbentuk rawa dan empang yang penuh dengan nyamuk. Presiden Sukarno, yang terkenal banyak melakukan proyek mercusuar di seluruh Jakarta, mencetuskan ide mereklamasi rawa Ancol dan menjadikannya pusat rekreasi dan hiburan terbesar Jakarta. Ide ini kemudian dimulai pada 1965 melawan konsep lain yang mengembangkan Ancol menjadi daerah industri.

Perkembangan tersebut dimulai pada masa Gubernur Ali Sadikin (1966). Kompleks ini kemudian disebut Taman Impian Jaya Ancol. Fasilitas pertamanya adalah pantai Ancol Bina Ria, yang pada tahun 1970an terkenal memiliki bioskop mobil. Dunia Fantasi dibangun pada tahun 1984. Kini, area rekreasi 554 hektar itu dikenal sebagai Ancol Jakarta Bay City, berisi hotel, bungalow, pantai, taman rekreasi, pasar tradisional, akuarium samudra, lapangan golf dan sebuah marina.

Pada tahun 2020, penduduk kelurahan ini berjumlah 29.978 jiwa; terpecah menjadi laki-laki sebanyak 15.517 jiwa dan perempuan sebanyak 14.461 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.952 jiwa/km2.[11]

Berdasarkan data Sensus penduduk 2010, warga Jakarta Utara didominasi oleh warga dari suku Jawa, Betawi, Batak, Tionghoa dan Sunda, serta sebagian merupakan suku Minangkabau, Melayu, Bugis, dan suku lainnya.[12] Dalam hal agama masyarakat tersebut, Islam sebanyak 81,24%, kemudian Kristen 11,90% (Protestan 7,55% dan Katolik 4,35%), Buddha 6,68% dan Hindu 0,18%.[11]

6°7′44.84″S 106°50′0.06″E / 6.1291222°S 106.8333500°E / -6.1291222; 106.8333500

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Ancol Station, also called Stasiun Ancol in Bahasa Indonesia, is a commuter station which is located about 7.2 km north of the Monas and its surrounding museums.

GPS Address: -6.128015, 106.845049

Station Address: Jl. R. E. Martadinata, Ancol, Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14430, Indonesia

Commuter Line(s): Pink Line

Permainan Pemacu Adrenalin

Ada banyak aneka permainan menarik dengan teknologi tinggi dan telah dijamin keamanannya yang dapat Anda coba. Anda dapat mencoba memacu adrenalin dengan mencoba permainan yang ada di Dufan.

Misalnya Tornado, dimana saat Anda berada di ketinggian tertentu, tubuh Anda akan diputar selama berkali-kali dengan kecepatan tinggi. Atau Kora-Kora, dengan menyerupai perahu besar, Anda akan diayun sampai posisi hampir 90 derajat sehingga tubuh hampir tegak lurus dengan tanah. Halilintar juga akan memacu adrenalin Anda, dengan menaiki kereta 6 gerbong, kereta ini akan berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi, lalu menikung dengan cepat dan puncaknya akan berputar dengan posisi menghadap ke tanah. Power Surge atau Kicir-Kicir wajib dicoba, permainan yang akan mengangkat kursi Anda, memutar-mutar dan akan membolak-balik tubuh Anda.

Untuk menikmati tontonan simulator, ada teater simulator Turbo Tour dengan kursi yang dapat bergerak-gerak sehingga membuat Anda seolah-olah ikut merasakan apa yang ada di film. Agar tidak bosan, pihak pengelola secara periodik mengganti film yang akan ditonton. Tontonan ini meski singkat namun cukup menegangkan dan membuat petualangan Anda di Dufan semakin menarik. Ada juga Hysteria yang membuat kita dibawa ke posisi yang sangat tinggi, lalu dijatuhkan dengan cepat ke bawah. Ini tentu akan membuat jantung kaget.

Baca juga:Pantjoran PIK, Wisata Kuliner Ala Pecinan di Pantai Indah Kapuk

Bila Anda siap basah, cobalah Arung Jeram. Dengan 8 orang dalam 1 perahu yang berbentuk lingkaran, Anda akan merasakan berarung jeram di sungai dengan aliran yang deras dan dikelilingi batu-batuan. Perahu akan berputar dan aliran air yang deras tidak segan-segan menghantam tubuh Anda dan membuat basah.

Bila ingin merasakan terjun dari air terjun, Anda dapat mencoba Niagara. Di wahana ini, perahu yang Anda naiki, yang berupa bongkah kayu, akan berjalan menuju gua masyarakat Indian, kemudian perahu akan naik setinggi 30 meter dan byur...! Perahu akan terjun dan dengan kecepatan tinggi dan bersiaplah untuk terkena cipratan air yang membasahi tubuh Anda.

Closest Hotels to Ancol Commuter Station in Jakarta

***Organized according to Star Rating

***Mobile users swipe right

Laporkan bahwa restoran sudah tutup atau info tidak akurat

jktinfo.com, JAKARTA - Dufan Ancol adalah taman rekreasi terkenal di Jakarta Utara yang menawarkan berbagai wahana seru seperti roller coaster, wahana air, dan bioskop 4D. Tempat ini cocok untuk keluarga dan teman-teman yang ingin menghabiskan waktu dengan kesenangan dan petualangan.

Kunjungi Kami di bawah ini

What is located around Stasiun Ancol?

Stasiun Ancol, as the name suggests, is located very close to Taman Impian Jaya Ancol – arguably the most popular amusement park complex in Jakarta.

When you arrive at Ancol Station you will be about 750 meters south of one of the entrances to the park. You can walk to the gate in about 10 minutes.

But due to the immense size of the Taman Impian Jaya Ancol, it makes more sense to be driving. The park is simply not completely practical for walking families. Taman Impian Jaya Ancol has plenty of attractions to check out and visiting there can easily take up an entire day (if not more).

To the northwest of Stasiun Ancol you can also access various boats that depart daily for the 1000 islands. They are docked to the west of the park.

Ancol Station is also quite close to one of Jakarta’s best electronic-shopping districts – Mangga Dua. To access these malls, travel one station west of Ancol to Kampung Bandan.  From there you can either walk to drive to the following shopping centers: WTC Mangga Dua, Mangga Dua Square, ITC Mangga Dua, Mangga Dua Mall and Pasar Pagi Mangga Dua.

These malls primarily specialize in electronics, and some affordable textiles. Expect lower prices in the Mangga Dua area in comparison to many of Jakarta’s more modern shopping districts.

Most of the closest accommodation choices near Stasiun Ancol are apartments.

This is primarily the case because the station is close to the seafront, and therefore, locals are trying to rent and capitalize on the view.

One of the best apartments according to verified guest reviews is Peggy Apartemen Ancol Mansion. It is only 800 meters away from  Ancol Station which should take you about 10 minutes to walk there or a few minutes to drive there.

Here are some additional apartments near the station, but you will notice that they tend to receive much lower review scores:

Studio City View Ancol Mansion by Maya 2 (650 m/8 minute walk)

Family Studio Ancol Mansion Apartment – Travelio (850 m/11 minute walk)

Studio City View Ancol Mansion by Maya 1 (650 m/8 minute walk)

3BR Ocean City View Ancol Mansion by Maya (850 m/11 minute walk)

All distances and times are in relation to Stasiun Ancol.

It might also be a smart alternative to stay closer to Kampung Bandan Station where there are more budget hotels available. Some of the better ones include

Le Grandeur Mangga Dua Hotel

d’primahotel Mangga Dua

Ibis Jakarta Mangga Dua Hotel

d’primahotel Mangga Dua 2

Hotel Neo Mangga Dua Square

Of these  Le Grandeur Mangga Dua Hotel probably has the largest selection of services and amenities, but it is also a bit dated.

Ancol is also only two stops away from Jakarta Kota Station – the perfect gateway to Kota Tua (the Dutch colonial area of West Jakarta).

Due to its proximity to Taman Impian Jaya Ancol, Mangga Dua and Kota Tua, Ancol Station is located in a good spot for shopping enthusiasts, historians or families visiting Jakarta.

Commuter Line Information for Ancol Station

Ancol is one of four stations making up the Pink Commuter Line.

The Pink Line services trains from Jakarta Kota Station (in the colonial Dutch area called Kota Tua) to Tanjung Priok Station (located about 14 km northeast of the Monas in north Jakarta).

The Pink Line is Jakarta shortest commuter line (by far)!

It does have a few important stops aside from Ancol, however. Jakarta Kota Station is particularly strategic for accessing Kota Tua – Jakarta’s Old Town. Kampung Bandan Station enables passengers to access the Yellow Loop Line.

Getting from Stasiun Ancol to Soekarno-Hatta

The driving distance from Ancol Station to Soekarno-Hatta International Airport is around 24 kilometers and this should take you around 35 minutes to 50 minutes depending on traffic.

The driving distance from Ancol Station to Halim Perdanakusuma International Airport is around 22 kilometers and this should take you around 35 minutes to 50 minutes depending on traffic.

Driving from Ancol Station to the Airports in Jakarta

Transfer Information for Ancol Station in Jakarta

It is not possible to transfer to another commuter line while at Stasiun Ancol.

Technically, you have two different transfer stations nearby if you are at Ancol – Kampung Bandan and Jakarta Kota.

The closest transfer station is Kampung Bandan.

Once you arrive at Kampung Bandan you can transfer from the Pink Line to the Yellow Line, or vice versa. The Yellow Line connects Jatinegara Station with locations to the south of Jakarta such as Bogor, Nambo and Depok.

The second transfer option is Jakarta Kota Station.

This is even more convenient than Kampung Bandan because it has three lines intersecting there – the Red, Pink and Blue. The Red heads directly south and will allow you to reach Bogor, whereas the Blue travels to Bekasi and Cikarang.

To summarize, if you are at Ancol, go to Kampung Bandan if you want to access the Yellow Line. Alternatively, go to Jakarta Kota to transfer to either the Blue or Red Line.